Beri Nilai
Oleh: Irsal
Assalaamu’alaikum wr wb
interactiveinsightsgroup.com
Memulai, bagi kebanyakan orang memang berat.
Susah. Sulit. Malas. Memulai itu adalah jenis usaha yang memerlukan kekuatan,
keteguhan, kesungguhan, juga keyakinan. Itu sebabnya, amat wajar jika ketika
memulai suatu pekerjaan setiap orang memiliki caranya sendiri. Hal itu juga
bergantung kepada niat dan jenis pekerjaannya.
Imam Malik rahimahullah
membiasakan untuk terlebih dahulu mandi, memakai wewangian, mengenakan pakaian
terbaik, serta duduk dengan seksama dalam ruangan yang harum sebelum memulai
periwayatan hadits-hadits. Imam al-Bukhary rahimahullah bahkan mengharuskan
dirinya untuk terlebih dahulu melaksanakan shalat Istikharah sebelum memutuskan
peletakan setiap hadits dalam buku karyanya.
Islam sudah mengajarkan doa-doa setiap kali
memulai sesuatu. Mau masuk kamar mandi, ada doanya. Mau memulai untuk tidur,
ada doanya. Memulai belajar ada doanya. Memulai melangkah keluar rumah juga ada
doanya. Bahkan untuk memulai hubungan intim antara suami dan istri juga ada
doanya. Subhanallah. Islam mengajarkan kebaikan dan keindahan dalam memulai
setiap pekerjaan. Jika dimulai dengan baik, maka hasilnya juga insya Allah
baik.
Apa yang hendak saya sampaikan sesuai judul
posting ini? Ya, judulnya: “Harus mulai dari mana?” Ini adalah pertanyaan umum
saat saya mengajarkan bagaimana cara menulis yang benar dan baik. Seringkali
peserta yang belajar dengan saya menanyakan pertanyaan tersebut. Membosankan?
Tidak. Bagi saya hal itu adalah wajar bagi setiap orang yang sedang belajar.
Biasanya saya mengingatkan mereka untuk
membaca doa. Luruskan niat dalam belajar menulis,yakni sebagai upaya pendukung
dalam menyebarkan informasi dan kebenaran Islam. Keterampilan menulis saat ini
sangat diperlukan, apalagi di era teknologi komunikasi dan informasi yang makin
canggih. Internet misalnya, kini menjadi primadona penyumbang tersebarnya
informasi dan bahkan bisa menggerakkan emosi para penggunanya. Semoga masih
ingat kasus Prita Mulyasari dan Dukungan untuk Balqis yang menghebohkan itu.
Internet menjadi pilihan untuk menyampaikan informasi dan menggalang opini.
Setelah menyampaikan hal-hal sederhana namun
penting dalam memulai setiap pekerjaan, termasuk menulis, maka saya mulai
mengajak mereka untuk langsung menulis. TULISKAN! Ya, tuliskan apapun yang
hendak anda tulis. Apapun yang ada di pikiran dan perasaan Anda. Lakukanlah!
Saya, melontarkan pernyataan ini bukan tanpa
sebab. Ada alasannya. Ketika saya penasaran ingin bisa menulis dengan benar dan
baik, seorang kawan yang sering mengikuti pelatihan menulis, dan juga
jurnalistik memberi resep sederhana kepada saya bahwa jika ingin bisa menulis
para instruktur umumnya meminta menulis apa saja yang ada di pikiran dan hati
kita. “Hanya itu?” Saya bertanya kepadanya untuk meyakinkan. “Ya!” jawabnya.
Ketika saya coba dan sungguh-sungguh dalam
melaksanakan resep tersebut, ternyata akhirnya saya BISA menulis. Sungguh
“ajaib”! Memang tidak sekali perlakuan, saya melakukannya waktu itu
berminggu-minggu. Hampir setiap hari memulai untuk berlatih menulis. Gagal.
Saya coba lagi. Jelek ketika dibaca. Saya coret-coret kertas kemudian diremas
sepuasnya dan dengan sempurna saya lemparkan ke keranjang sampah.
Saya tidak putus asa. Coba menulis lagi sesuai
keinginan saya. Hal itu terus saya lakukan tanpa bosan. Meski adakalanya rasa
berat menyergap setiap kali memulai melatih diri menulis. Berat karena beban
yang ada di kepala, jika mengingat usaha yang senantiasa gagal. Tapi, saya coba
hilangkan pikiran-pikiran buruk penghambat kreativitas. Saya terus berlatih
menulis, membaca, dan menulis lagi. Alhamdulillah, pada akhirnya saya bisa
menulis meski dengan kualitas seadanya. Tapi, saya cukup bangga bisa menuliskan
ide dengan lancar meskipun isinya masih tidak fokus, bahasanya masih tak
teratur dan alurnya kadang tak nyambung. Hehehe… (*yang penting bisa menulis
terlebih dahulu deh!)
Dan, seperti kata pepatah: “bisa karena biasa”
maka saya akhirnya bisa. Meskipun pada kesempatan berikutnya, saya harus
mengubah bisa karena biasa menjadi “BISA KARENA BELAJAR”. Di situlah titik
balik saya dalam menulis. Saya harus bisa karena memang saya belajar. Bukan
karena bisa begitu saja sesuai kebiasaan. Sebab, ada bedanya lho. Bisa karena
biasa dengan bisa karena belajar. Apalagi setelah saya membaca buku “DUNIA
KATA” karya Pak Fauzil Adhim, inilah salah satu karya yang menginspirasi saya
dalam menulis, khususnya yang berkaitan dengan kemasan ide.
Ya, saya membaca buku itu memang setelah saya
bisa menulis. Karena saya tidak ingin berpuas diri dengan keberhasilan sedikit,
maka saya terus mencari dan belajar dari penulis lainnya. Yang paling gampang
adalah melalui karya-karya mereka. Saya juga belajar dari Pak Hernowo, penulis
yang menurut saya dari segi usia sudah tidak muda lagi, tapi produktif menulis.
Oya, maksudnya, saya belajar dari buku-buku
beliau (seperti “Mengikat Makna” dan “Andaikan Buku Itu Sepotong Pizza”). Bukan
langsung belajar kepada beliau (hehehe…). Memang, saya pernah bertemu langsung
dengan Pak Hernowo walau sebentar saat sama-sama mengisi acara pelatihan
menulis di Jakarta beberapa tahun silam. Itu saja sudah cukup bagi saya untuk
mengenal beliau sebagai penulis yang handal. Apalagi kemudian saya menikmati
karya-karya tulisnya yang oke punya.
Belajar kepada siapa saja dan pada kondisi apa
pun ketika ada kesempatan, akan membuat kita lebih maju. Meski sesedikit apapun
kemajuan itu, tapi tetap namanya maju. Apalagi jika majunya jauh.
Jadi, jika ditanya lagi: “harus mulai dari
mana?” Saya akan jawab:
- Dimulai dari niat ikhlas dan lurus
- Lakukan dengan penuh keyakinan
- Percaya diri dan jangan takut gagal
- Jika gagal, cobalah terus, karena memulai sesuatu butuh kesabaran dan kesungguhan.
- Mulailah menulis apa yang memang ada di pikiran dan perasaanmu. Tulislah yang Anda sukai dan kuasai terlebih dahulu untuk memulai berlatih menulis.
- Jangan tunda lagi, lakukan sekarang juga dan buatkan waktu khusus secara rutin dan tetapkan target
Baiklah, untuk sementara sampai di sini
terlebih dahulu. Insya Allah lain kali disambung lagi. Inti pesan dari posting
saya malam ini adalah: “segeralah menulis, jangan biarkan penulis lain
‘merebut’ idemu”. Tetap semangat!
Salam,
O. Solihin/http://osolihin.wordpress.com
O. Solihin/http://osolihin.wordpress.com
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah menitipkan komentar
semoga informasi ini bermanfaat
Wassalam