Rabu, 29 Mei 2013
0 komentar

Harus mulai dari mana?




Beri Nilai
 Oleh: Irsal
Assalaamu’alaikum wr wb
interactiveinsightsgroup.com
Memulai, bagi kebanyakan orang memang berat. Susah. Sulit. Malas. Memulai itu adalah jenis usaha yang memerlukan kekuatan, keteguhan, kesungguhan, juga keyakinan. Itu sebabnya, amat wajar jika ketika memulai suatu pekerjaan setiap orang memiliki caranya sendiri. Hal itu juga bergantung kepada niat dan jenis pekerjaannya.
Imam Malik rahimahullah membiasakan untuk terlebih dahulu mandi, memakai wewangian, mengenakan pakaian terbaik, serta duduk dengan seksama dalam ruangan yang harum sebelum memulai periwayatan hadits-hadits. Imam al-Bukhary rahimahullah bahkan mengharuskan dirinya untuk terlebih dahulu melaksanakan shalat Istikharah sebelum memutuskan peletakan setiap hadits dalam buku karyanya.
Islam sudah mengajarkan doa-doa setiap kali memulai sesuatu. Mau masuk kamar mandi, ada doanya. Mau memulai untuk tidur, ada doanya. Memulai belajar ada doanya. Memulai melangkah keluar rumah juga ada doanya. Bahkan untuk memulai hubungan intim antara suami dan istri juga ada doanya. Subhanallah. Islam mengajarkan kebaikan dan keindahan dalam memulai setiap pekerjaan. Jika dimulai dengan baik, maka hasilnya juga insya Allah baik.
Apa yang hendak saya sampaikan sesuai judul posting ini? Ya, judulnya: “Harus mulai dari mana?” Ini adalah pertanyaan umum saat saya mengajarkan bagaimana cara menulis yang benar dan baik. Seringkali peserta yang belajar dengan saya menanyakan pertanyaan tersebut. Membosankan? Tidak. Bagi saya hal itu adalah wajar bagi setiap orang yang sedang belajar.
Biasanya saya mengingatkan mereka untuk membaca doa. Luruskan niat dalam belajar menulis,yakni sebagai upaya pendukung dalam menyebarkan informasi dan kebenaran Islam. Keterampilan menulis saat ini sangat diperlukan, apalagi di era teknologi komunikasi dan informasi yang makin canggih. Internet misalnya, kini menjadi primadona penyumbang tersebarnya informasi dan bahkan bisa menggerakkan emosi para penggunanya. Semoga masih ingat kasus Prita Mulyasari dan Dukungan untuk Balqis yang menghebohkan itu. Internet menjadi pilihan untuk menyampaikan informasi dan menggalang opini.
Setelah menyampaikan hal-hal sederhana namun penting dalam memulai setiap pekerjaan, termasuk menulis, maka saya mulai mengajak mereka untuk langsung menulis. TULISKAN! Ya, tuliskan apapun yang hendak anda tulis. Apapun yang ada di pikiran dan perasaan Anda. Lakukanlah!
Saya, melontarkan pernyataan ini bukan tanpa sebab. Ada alasannya. Ketika saya penasaran ingin bisa menulis dengan benar dan baik, seorang kawan yang sering mengikuti pelatihan menulis, dan juga jurnalistik memberi resep sederhana kepada saya bahwa jika ingin bisa menulis para instruktur umumnya meminta menulis apa saja yang ada di pikiran dan hati kita. “Hanya itu?” Saya bertanya kepadanya untuk meyakinkan. “Ya!” jawabnya.
Ketika saya coba dan sungguh-sungguh dalam melaksanakan resep tersebut, ternyata akhirnya saya BISA menulis. Sungguh “ajaib”! Memang tidak sekali perlakuan, saya melakukannya waktu itu berminggu-minggu. Hampir setiap hari memulai untuk berlatih menulis. Gagal. Saya coba lagi. Jelek ketika dibaca. Saya coret-coret kertas kemudian diremas sepuasnya dan dengan sempurna saya lemparkan ke keranjang sampah.
Saya tidak putus asa. Coba menulis lagi sesuai keinginan saya. Hal itu terus saya lakukan tanpa bosan. Meski adakalanya rasa berat menyergap setiap kali memulai melatih diri menulis. Berat karena beban yang ada di kepala, jika mengingat usaha yang senantiasa gagal. Tapi, saya coba hilangkan pikiran-pikiran buruk penghambat kreativitas. Saya terus berlatih menulis, membaca, dan menulis lagi. Alhamdulillah, pada akhirnya saya bisa menulis meski dengan kualitas seadanya. Tapi, saya cukup bangga bisa menuliskan ide dengan lancar meskipun isinya masih tidak fokus, bahasanya masih tak teratur dan alurnya kadang tak nyambung. Hehehe… (*yang penting bisa menulis terlebih dahulu deh!)
Dan, seperti kata pepatah: “bisa karena biasa” maka saya akhirnya bisa. Meskipun pada kesempatan berikutnya, saya harus mengubah bisa karena biasa menjadi “BISA KARENA BELAJAR”. Di situlah titik balik saya dalam menulis. Saya harus bisa karena memang saya belajar. Bukan karena bisa begitu saja sesuai kebiasaan. Sebab, ada bedanya lho. Bisa karena biasa dengan bisa karena belajar. Apalagi setelah saya membaca buku “DUNIA KATA” karya Pak Fauzil Adhim, inilah salah satu karya yang menginspirasi saya dalam menulis, khususnya yang berkaitan dengan kemasan ide.
Ya, saya membaca buku itu memang setelah saya bisa menulis. Karena saya tidak ingin berpuas diri dengan keberhasilan sedikit, maka saya terus mencari dan belajar dari penulis lainnya. Yang paling gampang adalah melalui karya-karya mereka. Saya juga belajar dari Pak Hernowo, penulis yang menurut saya dari segi usia sudah tidak muda lagi, tapi produktif menulis.
Oya, maksudnya, saya belajar dari buku-buku beliau (seperti “Mengikat Makna” dan “Andaikan Buku Itu Sepotong Pizza”). Bukan langsung belajar kepada beliau (hehehe…). Memang, saya pernah bertemu langsung dengan Pak Hernowo walau sebentar saat sama-sama mengisi acara pelatihan menulis di Jakarta beberapa tahun silam. Itu saja sudah cukup bagi saya untuk mengenal beliau sebagai penulis yang handal. Apalagi kemudian saya menikmati karya-karya tulisnya yang oke punya.
Belajar kepada siapa saja dan pada kondisi apa pun ketika ada kesempatan, akan membuat kita lebih maju. Meski sesedikit apapun kemajuan itu, tapi tetap namanya maju. Apalagi jika majunya jauh.
Jadi, jika ditanya lagi: “harus mulai dari mana?” Saya akan jawab:
  1. Dimulai dari niat ikhlas dan lurus
  2. Lakukan dengan penuh keyakinan
  3. Percaya diri dan jangan takut gagal
  4. Jika gagal, cobalah terus, karena memulai sesuatu butuh kesabaran dan kesungguhan.
  5. Mulailah menulis apa yang memang ada di pikiran dan perasaanmu. Tulislah yang Anda sukai dan kuasai terlebih dahulu untuk memulai berlatih menulis.
  6. Jangan tunda lagi, lakukan sekarang juga dan buatkan waktu khusus secara rutin dan tetapkan target
Baiklah, untuk sementara sampai di sini terlebih dahulu. Insya Allah lain kali disambung lagi. Inti pesan dari posting saya malam ini adalah: “segeralah menulis, jangan biarkan penulis lain ‘merebut’ idemu”. Tetap semangat!
Salam,
O. Solihin/http://osolihin.wordpress.com

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah menitipkan komentar
semoga informasi ini bermanfaat
Wassalam

 
Toggle Footer
Top