Oleh : Mursal
Touring
kedua The Phinisi center - TPC
mengadakan kunjungan ke kawasan adat Amma Towa Rabu, 4/4/2013. Etnis Amma Toa berada di
Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba. Letaknya kurang lebih 40 km sebelah timur
Kota Bulukumba. Keunikan budayanya sudah terdengar hingga ke seluruh penjuru
dunia. Keunikan ini pula yang membuat Kajang tiap tahunnya dibanjiri wisatawan
mancanegara.
Adat dan budaya yang belum tersentuh oleh
pengaruh globalisasi menjadikan etnis Amma Towa tetap eksist dalam mempertahankan
adat dan budaya tradisional serta memiliki keunikan yang tidak lazim. Keunikan
itulah membuat teman-teman TPC memiliki semangat yang tinggi mengunjunginyadan
TPC tiba di lokasi kawasan Amma Towa sekira pukul 14.30. setiba di depan
kediaman Amma Towa kami dari TPC disambut dengan tutur kata yang lembut oleh
istri Amma Towa dengan menggunakan bahasa daerah (Kajang) dengan mimik bahasa ibu kepada anaknya dengan maksud mempersilahkan
kami segera menuju ruang tamu menunggu Amma Towa. Dari hasil wawancara dengan
Amma Toa kami dapat menyimpulkan bahwa s uku Ammatoa di Kajang memang
menyimpan begitu banyak cerita bagi setiap pengunjungnya. keberadaannya yang
cukup jauh dari kota membuat masyarakatnya masih menganut sistem tradisional
baik dari segi ritual keagamaan ataupun sosial kehidupannya.
Orang Amma towa betul-betul memegang teguh pedomannya yang
disebut Pasang ri Kajang. Yakni,
penduduk Tana Toa harus senantiasa ingat kepada Tuhan. Lalu, harus memupuk rasa
kekeluargaan dan saling memuliakan. Orang Ammatoa juga diajarkan untuk
bertindak tegas, sabar, dan tawakal. Pasang ri Kajang juga mengajak untuk taat
pada aturan, dan melaksanakan semua aturan itu sebaik-baiknya.
Masyarakat adat Amma towa yang tinggal dalam kawasan adat
wajib menjauhkan diri dari segala sesuatu yang berhubungan dengan hal-hal moderenisasi.
Masyarakat yang ingin menjalankan kehidupan dengan gaya modern maka
dipersilahkan untuk meninggalkan kawasan adat. Adapun penduduk yang harus
menjauh atua tidak diperbolehkan untuk modern yakni Dusun Sobbu,Bungkengan,
Pangi, Lurang, Balang Bina, Tombolo dan Benteng.
Suku Kajang yang berada dalam kawasan adat lebih teguh memegang adat dan tradisi moyang
mereka dibanding penduduk Kajang yang tinggal di luar batas kawasan perkampungan adat. Rumah-rumah panggung yang
semuanya menghadap ke barat tertata rapi dengan tujuan agar rumah mereka tetap
menghadap Ka’bah, khususnya yang berada di dalam kawasan adat terutama Dusun
Benteng tempat rumah Amma Toa berada. Tampak beberapa rumah yang berjejer dari
utara ke selatan. Di depan barisan rumah terdapat pagar batu kali setinggi satu
meter.
Salah satu model rumah yang berada dalam kawasan adat
Ammatoa modelnya tampak pada gambar diatas, kehidupan yang begitu sederhana,
jika masuk ke dalam rumah hal yang pertama dilihat adalah dapur, rumah model
ini tidak memiliki teras atau beranda dan di dalamya tidak memiliki kamar tidur
dan semua tiang rumah harus ditanam ke dalam tanah. Rumah Adat Suku Kajang bila
kita melihat secara fisik tidak jauh beda dengan rumah adat masayarakat bugis
makassar struktur yang tinggi dan masih mempergunakan kekayaan hutan disekitar
untuk membuatnya atau lebih banyak di sebut rumah panggung.
Masyarakat Kajang memiliki bahasa khas yakni bahasa Konjo (Kajang) yang kental merupakan bahasa
suku yang selama ini sebagai media komunikasi antar sesama masyarakat suku Kajang
dan juga bahasa yang digunakan Amma Towa dalam berkomunikasi dengan tamu sehingga
tamu berkunjung ke kawasan adat Amma Towa
dan tidak dapat menggunakan atau mengerti harap membawa serta juru
bicara demi kelancaran komunikasi antara Amma dengan pengunjung.
Warna pakaian masyarakat Kajang hanya diperbolehkan
menggunakan warna hitam dan putih.Hitam merupakan sebuah warna adat yang kental
akan kesakralan dan bila kita memasuki kawasan ammatoa pakaian kita harus
berwarna hitam. Warna hitam mempunyai makna bagi Mayarakat Amma towa sebagai bentuk persamaan dalam segala hal, termasuk
kesamaan dalam kesederhanaan dan yang terpenting sebagai bahwa warna hitam
adalah aasal muasal kehidupan.Hitam dan putih bagi mereka adalah sumber warna .Amma
Towa menggunakan warna dalam berpakaian yakni celana warna putih sedangkan baju
warna hitam. Warna hitam menunjukkan kekuatan, kesamaan derajat bagi setiap
orang di depan sang pencipta. Kesamaan dalam bentuk wujud lahir. Pakaian Khas
yang biasa dikenakan oleh Laki-Laki, penutup kepala disebut Passapu dan sarung
yang biasa juga disebut Tope Lelleng (sarung hitam) sedangkan Pakaian Khas yang
biasa dikenakan oleh kaum perempuan yang smuanya juga berwarna hitam.
Masyarakat
Kajang masih senangtiasa menjaga dan berusaha bijak dalam menyikapi keadaan dan
kelestarian lingkungan, utamanya kelestarian hutan yang ada dalam kawasan adat yang
tetap dijaga keasliannnya oleh
masyarakat sebagai sumber kehidupan bahkan kawasan adat Amma Towa masih
memiliki dan menjaga kelestarian hutan lindung
seluas 331, 17 Hektar. luar biasa.
Sebelum
pamit meninggalkan rumah adat, Amma Towa sempat memberikan petua dalam bahasa
Kajang kepada team TPC yakni pertama
Buakkan Mata (menjaga mata) kedua Angundang
Cakkania (memelihara hati) ketiga Appassulu
Sa’ra (mengjaga Suara) keempat Appalampa Lima na Bangkeng
(menjaga tangan dan kaki) dari semua
pesan yang disampaikan Amma towa kepada mengisarat bahwa sebagai manusia kita
harus senangtiasa menjaga anggota tubuh terutama yang dapat mendatangkan
mudarat bagi diri pribadi, orang dan lingkungan
Begitu banyak Kebudayaan yang dimiliki oleh Masyarakat Bugis
Makassar, sudah sepantasnya lah kita melestarikan kebudayaan tersebut. Suku
Kajang salah satu dari sekian banyaknya budaya nusantara yang masih kental akan
adat istiadatnya.
Mari menjaga,
memelihara dan mempertahankan adat dan budaya kita !!!
***
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah menitipkan komentar
semoga informasi ini bermanfaat
Wassalam